Sejumlah catatan pengamatan dalam bentuk ulasan, analisis, fragmen, hingga karya.
2013/11/20
Tentang Proses Kreatif #SPTJKYJTC
2013/11/14
Si Malakama
(Cerpen ini dimuat di Bali Post, 4 Januari 2015)
SUATU hari, dalam tidurku, aku mengingat lagi semua penitisanku. Setelah aku terjaga, segera mimpiku itu kuumumkan ke jalanan.
Seharian aku meyakinkan orang-orang yang lalu-lalang. Aku bilang kepada mereka, di salah satu kelahiranku aku pernah menjelma burung yang terbang bebas di angkasa. Ketika musimnya tiba, aku dan sekawanan burung akan terbang dari utara ke selatan. Aku menunjukkan bagaimana bebasnya aku terbang. Kukepak-kepakkan tangan dan berlari demikian kencang dari satu gang ke gang lain.
Dengan gigih, setelahnya kuceritakan aku juga pernah menjelma menjadi semut. Kuterangkan apa yang biasa dilakukan para semut pekerja. Kuperlihatkan kepada mereka bagaimana caranya membungkuk hormat kepada sang ratu. Aku tunjukkan caraku meliuk-liuk membawa bongkahan gula-gula besar dengan gigiku. Bagaimana biasanya aku bertikai dengan semut-semut lainnya saat gula-gulaku hendak direbut.
Makin hari aku makin kerasan mempertontonkannya. Bedanya, makin hari, aku mendapatkan uang dari apa yang kulakukan. Receh demi receh memenuhi jalanan. Mereka melempar begitu saja uang-uang logam itu. Mereka pikir aku membadut.
Aku terus berusaha. Kulakukan beragam cara agar mereka percaya. Aku meloncat dari satu genteng rumah tetangga ke genteng tetangga lainnya dan mengaku bahwa aku pernah hidup menjadi kera di kawasan hutan Kalimantan Selatan.
Anak-anak kecil di sekitar rumahku dengan sukacita bertepuk-tepuk riang, tertawa-tawa, sesekali meminta naik ke punggungku sewaktu aku beratraksi laiknya simpanse sirkus. Untuk tontonan itu, mereka memberikanku roti bekal mereka ketika jam istirahat sekolah.
Aku hanya perlu mendongengi mereka setiap hari. Sembari meloncat-loncat, meliuk-liukkan tubuh, merayap di tanah, semuanya kulakukan. Menggonggong, menjerit, mencicit, mendesis, tiap hari kusiarkan bunyi apa pun yang bisa kuperdengarkan kepada mereka.
Untuk semua itu, mereka menyayangiku lebih dari apa pun.
Hingga hari itu mereka datang dengan setumpuk buku bacaan. Aku bilang kepada mereka aku tak pernah bisa membaca. Mereka melempariku batu-batu kecil. Mereka bilang mereka tak percaya aku tak bisa membaca. Namun guru mereka akhirnya menyahuti, binatang memang tidak pernah bisa membaca. Binatang-binatang itu bodoh.
Aku mengurung diri di rumah. Malu benar aku dibuatnya. Aku hanya makan saat ada tetangga yang menaruh piring nasi di depan pintu rumah. Biasanya mereka akan mengetuk pintu sebelum pergi. Aku tidak menampakkan muka, tapi kuambil piring makanan itu.
Aku merasa takut untuk keluar rumah. Aku takut anak-anak itu mengata-ngataiku. Aku takut mereka bilang aku binatang bodoh. Bahkan pada saat hari kelulusan mereka, aku tetap bersembunyi. Dari jendela rumahku, aku hanya memperhatikan mereka berkejaran mencoreti seragam menggunakan semprotan aneka warna.
Seingatku, pada hari kelulusan itu, ada seorang gadis setinggi dadaku berdiri beberapa meter di depan pintu rumah.
Di sana dia berdiri. Rambutnya sebahu dengan ujung melekuk ke dalam. Tatapannya kosong. Tangannya mengepal. Dia berdiri sedari siang berjam-jam lamanya. Kami berdiri saling berhadapan. Namun seperti dugaanku sepanjang hari itu, pada akhirnya aku tidak bernyali untuk keluar rumah dan menemuinya.
Pada senja kala, gadis itu beranjak pergi dengan dituntun oleh seorang ibu bersanggul penuh.
Ziarah
2013/11/13
Filsafat Ilmu: Buku untuk Anak Badung
Mahabharata: Buku Pertama dalam Hidup
Tulisan Terdahulu
-
Tentang hidup dan seseorang. Aku ternyata tak benar-benar tahu apa makna sebuah perjalanan. Bahkan setelah sekian tahun aku mengulur-ulur w...
-
Sekian belas tahun lalu, saya belajar baca-tulis dari Kakek yang sedang senggang. Kami duduk-duduk santai di depan kamar Kakek. Tiba-tiba, i...
-
Apa hidup memang... seperti, cerita tentang sebuah pohon yang tumbuh di suatu tempat asing? Bahwa yang mengetahui keberadaan pohon itu hanya...
-
Menyelesaikannya dalam 5 hari. Bahkan sesungguhnya tidak berniat menyelesaikannya dan justru ingin membuat alur kisahnya yang sudah terlan...
-
Pendirian Commissie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) di tahun 1908, yang diketuai G. A. J. Hazeu, penasihat urusan Bumiputr...