Lahan pesisir pantai Kulon Progo teramat
sepi siang itu seperti di hari-hari lainnya. Ombak pasang ratusan meter jauhnya
dari tempat saya berdiri. Saya tercenung, betapa wilayah tenang kerap menjadi
perebutan banyak pihak. Letak pantai itu dekat dengan lahan pertanian warga.
Rumput berduri tumbuh subur hampir sepanjang jalan setapak pantai.
Awalnya lahan itu gersang, oleh Karman,
kini sekretaris Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP), pada 1986
lahan diinisiasi menjadi tempat ditanamnya ragam bibit menyesuai kondisi lahan
pantai yang kering. Cabe, melon, dan pare adalah komoditas unggulan. Lebih dari
dua dekade lalu, selain mengusulkan bibit yang tepat untuk ditanam, Karman
memperkenalkan teknologi sederhana sumur renteng guna membantu sistem irigasi
pertanian warga. Berdasarkan penuturan Karman, pada tahun 2012 ini keuntungan
hasil tani bisa mencapai belasan juta rupiah tiap kali panen.
Pihak pemerintah daerah Kulon Progo
nampaknya tak begitu simpati terhadap kenyataan itu. “Yang ingin saya
tandaskan, Kulon Progo itu termasuk daerah tertinggal. Dari 88 desa yang ada,
angka kemiskinannya saja masih berkisar 24 persen,” ucap Toyo Santoso Dipo yang
pernah menjabat selaku Bupati Kulon Progo periode 2001-2011. Ia pun menyasar
kekayaan alam Kulon Progo yang lebih menjanjikan dengan menginisiasi usaha
tambang.
Maka, di masa kepemimpinannya, Toyo
mendukung terealisasinya usaha tambang di Kulon Progo. Hal ini terkait dengan
sebuah penemuan empat dekade silam. Pada1960-an, tim peneliti Institut
Teknologi Bandung (ITB) mengklaim lahan pasir Kulon Progo mengandung bijih besi
dengan kualitas terbaik kaliber dunia. Mengalahkan Brasil yang bertahun-tahun
menjadi primadona.
Publikasi penelitian tim ITB tersebut
mendorong investor asing menyelenggarakan usaha tambang di sana. Menjelang
milenium ke-2, pemerintah daerah pun lantas mengeluarkan perundangan dengan
judul besar: “Megaproyek Kabupaten Kulon Progo”. Selain mengusahkan Kulon Progo
sebagai daerah tambang, megaproyek tersebut rencananya akan menyulap kabupaten
yang berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul ini menjadi daerah
yang memiliki bandara dan pelabuhannya sendiri.