2008/12/29

Satu yang Kupinta di Tahun Baru

Mama yang luar biasa,

Malam itu di tahun baru, sewaktu aku pulang ketika hujan dan melihatmu memegang dupa di tangan, aku hanya bisa meminta pada Tuhan: semoga tahun baru yang akan datang, aku bisa merayakannya bersamamu.


Berdua kita. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Ketika pukul dua belas orang-orang menyalakan kembang api, kita menyulut dupa dan berdoa bersama. Mematikan lampu dan menghidupkan lilin, sesuatu yang aku mengerti filosofinya, supaya kita akhirnya bisa melihat terang di kegelapan.


Malam itu, ketika kau suruh aku untuk langsung mandi setelah diguyur hujan beberapa jam, aku harap aku bisa menebus waktu yang kubuang percuma bersama teman-temanku di malam pergantian tahun itu.


Mama yang tak tertandingi,


Aku takut melalui tahun dua ribu delapan: tahun terakhir yang kulalui bersamamu. Betapa sering kita berdebat dan beradu punggung di ranjang.


Sewaktu kecil, aku takut kehilangan kain kumal yang selalu kupereteli setiap menjelang tidur. Setelahnya aku takut kehilangan guling yang bisa kita peluk bersama. Kemudian aku takut kehilangan sejuknya udara yang kurasa di kamarku. Terlebih, aku takut suatu saat ketika harus berpisah tempat tidur denganmu.


Tahun ini aku sudah kehilangan semua yang sebelumnya aku takut untuk kehilangan, melepas semua yang berat untuk kulepas, melewati jalan-jalan yang sebelumnya enggan kulintasi sendiri.


Mama yang begitu tegar,


Kadang aku harus merasa pantas untuk menyalahkan diriku sendiri dan merasa malu atas hal-hal yang kuperbuat selama ini: betapa kita tidak mirip sama sekali, seperti kata orang-orang. Aku teringat ketika aku merajuk bahwa aku sangat ingin menjadi mirip denganmu. Bahwa banyak orang salah: membedakanmu yang begitu pendiam di masyarakat dengan aku yang begitu meledak-ledak ketika berpendapat.


Betapa aku ingin menjadi tegar sepertimu. Betapa aku ingin tidak merajuk manja. Betapa aku ingin menerima segalanya dengan apa adanya: pasrah. Tanpa peduli apa pendapat orang pada apa yang kupilih.


Mama yang selalu kucinta,


Biarkan tahun baru ini aku merayakannya bersamamu. Tidakkah bisa kau datangi aku melalui mimpi? Maka aku akan tidur pulas sampai pagi, tanpa mencipta resolusi, karena aku hanya ingin melepas rindu.


---
Minggu, 28 Desember 2008
23:14:22

2008/12/04

Tentang Kehidupan dan Seseorang

Tentang hidup dan Seseorang. Aku ternyata tak benar-benar tahu apa makna sebuah perjalanan. Bahkan setelah sekian tahun aku mengulur-ulur waktu. Untuk terus berkata pada diriku

: Suatu saat nanti,

Aku akan sampai.
Pada satu titik dan berhenti
Dan aku akan mengerti.

Aku terus berjalan. Dan terus berkata, dengan bodohnya


: Akan ada makna dari apa,

Yang kucari.
Yang belum kutemukan.
Dari apa,
Yang menyembunyikan diri.

Dan nyatanya benar, makin lama aku berjalan, makin aku merasa otakku membentuk jaring-jaringnya yang semakin rumit untuk kumengerti.


Makin aku mencari alasan, dan banyak mengumpulkan istilah-istilah. Supaya aku kelihatan pintar. Supaya aku jadi tenar. Hanya dengan sumpalan kata-kata di kepala. Lalu, mendengar orang berkata


: Bagus.

Indah.
Liris.
Penuh makna.
Luar biasa.

-


Kadang aku kehilangan apa arti dari kehidupan. Karena semuanya makin merumit, membentur hipotesa-hipotesa yang sudah kukarang selama ini, dan ternyata salah.


Padahal semua itu kukarang, hanya untuk meyakinkan


: Aku masih hidup.


Tulisan Terdahulu