2012/06/25

Tikungan

Sepuluh atau dua puluh tahun dari sekarang, semua kawan kita—bahkan mereka yang kini mengaku paling kesepian sekalipun—sudah akan menikah. Kawan gay, kawan lesbi, semua kawan kita tak terkecuali. Mereka akan bekerja di perkantoran, membangun usaha mereka sendiri, ataupun menganggur dan tetap bersuka cita dengan hal-hal kecil yang mereka lakukan. Atau menjadi gila karena dunia.

“Sudah selesai. Sudah beres. Sebentar aku pulang dan mengemasi semua barang.”

Tahun-tahun ke depan, kita semua akan mulai mewujudkan mimpi. Menang ataupun kalah bukan tujuan. Karena aku percaya, kau akan melanjutkan hidupmu bahkan ketika semua mimpimu tak berhasil kau wujudkan. Karena kita hanya merebut kembali apa yang sempat kita lepas. Kegembiraan anak kecil yang bercita-cita.

“Tidak, aku malas berfoto. Maksudku, aku mengiyakan untuk wisuda pun hanya agar kamu senang saja. Tapi ternyata kamu ada kerjaan lain. Mengecewakan.”

Pada saat apa pun, ayah-ibumu, adikmu, dan semua sahabatmu mungkin akan selalu menemanimu di sisimu. Seperti hari ini. Mereka dapat memelukmu, mengecup pipimu, memukul-mukul pundakmu, dan berbagi tawa denganmu. Menceritakan hal-hal lucu yang akan membuatmu terpingkal. Menaruh kesedihanmu di pundak mereka. Hari ini, kalian dapat segera berlarian, meloncat, dan kamera-kamera akan mengabadikan semuanya. Ataupun kau dapat melempar togamu ke angkasa. Biarkan mereka menangkapnya kembali untukmu.

“Tidak, hanya bercanda. Bukan masalah. Aku menikmati. Kalau tidak, aku pasti sudah  pulang dari tadi. Aku suka melihat suasana ini. Semua temanku bergembira.”

Selamanya aku hanya akan menjadi pemujamu. Tak akan selangkah pun mendekat. Tak akan memulai pembicaraan. Bila kelak kita bertemu lagi, kita hanya akan bertukar tatap. Membagi senyum sebagai kawan lama. Yang satu almamater, yang seringkali berjumpa di kesempatan-kesempatan tak terduga, dan tak pernah berkesempatan untuk saling mengenal.

“Aku tak menganggap perayaan semacam ini penting. Lagipula aku ada banyak pikiran sekarang. Kontrakan rumahku selesai bulan ini. Aku akan … pergi. Pindah ke suatu tempat. Atau mungkin hidup nomaden.”

Setelah hari ini, kau akan mencintai gadis lain. Menikahinya. Beranak. Membesarkan anak-anak kalian agar menyerupai kalian. Bertahun-tahun kemudian, mungkin aku akan jatuh cinta kepada anakmu.

“Bodoh. Sekalipun nomaden, aku tak ingin berkeliling dunia. Itu sudah terlalu mainstream.”

Jadi kita berpisah di tikungan ini. Aku tahu kau tidak akan menyadari perpisahan ini. Selamat tinggal untuk cinta empat tahunku kepadamu.

*

#25 Juni 2012

No comments:

Post a Comment

Tulisan Terdahulu