tag:blogger.com,1999:blog-7477398994074846542.post1549208150101228029..comments2023-07-09T14:54:15.991+07:00Comments on @dwkm: Alice Munro: Kisah Para Perempuan Menghadapi Situasi Batas dalam Tradisi Gotik, Bildungsroman, dan Transendental@dewikhamihttp://www.blogger.com/profile/12011169826258878127noreply@blogger.comBlogger2125tag:blogger.com,1999:blog-7477398994074846542.post-11961768154176067222014-02-10T17:07:48.345+07:002014-02-10T17:07:48.345+07:00@Brintik
Iya, saya juga membaca wawancaranya di Pa...@Brintik<br />Iya, saya juga membaca wawancaranya di Paris Review. Hidupnya yang soliter bisa kita samakan dengan Haruki Murakami, terutama untuk mengaitkan pola hidup Munro pada produktivitasnya. Sebenarnya, dalam rentang dekade yang dilalui Munro, 168 cerpen bukanlah jumlah yang banyak. Namun, saat memperhatikan bagaimana dia menyusun cerpennya menjadi begitu panjang (hingga ratusan ribu karakter dengan spasi), saya sepakat dengan pandanganmu. Ibaratnya, dia membuat ratusan novella.<br /><br />Sekali lagi, terima kasih untuk insight-nya. Akan sangat membantu bagi diskusi sastra tentang Munro yang akan dilangsungkan jelang akhir Februari ini.@dewikhamihttps://www.blogger.com/profile/12011169826258878127noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-7477398994074846542.post-23957227891117935112014-02-10T16:30:28.534+07:002014-02-10T16:30:28.534+07:00Hmmm... saya juga sedang mulai membaca Munro. Berc...Hmmm... saya juga sedang mulai membaca Munro. Bercerita dengan ringan dan segar, dan sampai sekarang pun masih mengetik dari mesin ketik di rumahnya di Huron, Ontario. Sehari-hari ia selalu menjaga kebugaran tubuhnya dengan berjalan lima kilometer sehari. Itu setara dengan tiga mil per hari. Sebuah upaya yang mencengangkan meski pun umurnya sudah delapan puluh dua. Tetapi kebugaran tubuhnya itulah yang membuat stamina menulisnya tetap prima dan otaknya tetap cergas menangkap nuansa menjadi kata.<br /><br />Ia juga seorang periset. Paling tidak ia selalu mengamati komunitas di kota kecilnya untuk mengetahui perkembangan dan gosip yang ada. Alah-alah supaya menjadi cerita. Dikisahkan ia juga mempunyai beberapa teman yang mencarikan informasi mengenai apa saja di kotanya, supaya bisa diobrolkan sambil makan malam. Tentunya sambil tertawa. Ini adalah sisi seorang pencerita yang tangguh dan kaya inspirasi karena selalu mencari informasi. Begitulah maka ia bisa bercerita dengan detail seolah karyanya bernyawa.<br /><br />Begitu juga dengan metode penulisannya yang menuntut disiplin yang tinggi. Ia seorang ibu rumah tangga dan menikah ketika muda usia. Kalau tidak salah sewaktu dua puluh tahun umurnya. Karena waktu itu ia hanya mendapat beasiswa untuk menempuh college selama dua tahun saja. Setelah itu ia menikah dan kemudian mempunyai anak. Ia masih mengasuh anak-anaknya sendiri dan mengurus rumah tangga. Kesempatan menulis hanya sewaktu anaknya pergi ke sekolah saja. Jadi kira-kira pagi jam sembilan sampai jam sebelas saja. Lalu anak-anaknya akan pulang untuk makan siang, dan ia harus meladeninya. Kemudian ia masih bisa menulis satu dua jam lagi di sore hari. Begitu rutinitas sehari-hari dan tentunya itu membutuhkan disiplin dan stamina yang tinggi. Jika engkau mau tahu, sementara penyair di Indonesia hanya bisa minum bir, mabuk dan begadang semalaman saja. <br /><br /><br />brintikhttps://www.blogger.com/profile/12668993683841911276noreply@blogger.com